BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Al-Qur’an merupakan kalamullah
yang diturunkan kepada Rasulullah Saw melalui perantara malaikat Jibril, yang
di dalamnya banyak mengandung kisah-kisah yang dijelaskan pula hanya secara
terperinci, namun pada kenyataan saat ini banyak hal-hal yang dikisahkan yang
melebihi dari apa yang ada dalam al’qur’an yang bersumber dari Israiliyyat.
Hal ini akan menjadi masalah
apabila disampaikan secara terus menerus kepada masyarakat umum yang tidak
mengetahui tentang Israiliyyat itu bahkan ditakutkan menjadikan kisah israiliyyat itu sebagai
sumber rujukan yang layak, tanpa mengetahui cerita mana yang benar pada
Israiliyyat itu.
Maka dari itu pada makalah
ini pemakalah akan mencoba menjelaskan
kisah-kisah israiliyyat melalui berbagai macam buku-buku mengenai hal-hal itu.
B.
RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari uraian
permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan Israiliyyat?
2.
Bagaimana sejarah masuknya Israiliyyat ke dalam Penafsiran?
3.
Bagaimana pendapat para ulama tentang Israiliyyat?
4.
Bagaimana contoh kisah Israiliyyat?
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Israiliyyat
Kata Israiliyyat, secara
etimologis merupakan bentuk jamak dari kata Israiliyyah, yang
dinisbahkan dalam bahasa Ibrani kepada kata Israil yang berarti Abdulllah atau
Hamba Allah.[1]
kata Israiliyat dinisbahkan kepada kedua putra nabi Ibrahim yaitu Ya’qub da
Ishaq, yang mempunyai 12 keturunan[2].
Dari 12 anaknya itu, ada satu putranya yang menonjol yang bernama Yahuda yang
kemudian dijadikan sebutan bagi keturunan Nabi Ya’qub.[3]
Secara etimologis kata
Israiliyyat, kendati pada mulanya hanya menunjukkan riwayat yang bersumber dari
kaum Yahudi, namun pada akhirnya, para ulama tafsir dan hadits menggunakan
istillah tersebut dalam pengertian yang luas lagi. Oleh karena itu ada ulama
yang mendefenisikan Israiliyyat yaitu sesuatu yang menunjukkan pada setiap hal
yang berhubungan dengan tafsir maupun hadits berupa cerita atau dongeng-dongeng
kuno yang dinisbahkan pada asli riwayatnya dari sumber yahudi, Nasrani atau
lainnnya.[4]
Oleh para sahabat, Ahli Kitab
dianggap memiliki pemahaman yang baik dan lebih wawasannya terhadap
kitab-kitabnya (Taurat dan Injil).[5]
Maka tidaklah mengherankan apabila keterangan-keterangan Ahli Kitab oleh
sebagian sahabat dijadikan sumber untuk menafsirkan al-Qur’an. Sumber ini
dikenal dengan sumber israiliyyat.[6]
Merujuknya para sahabat kepada
Ahli Kitab dilakukan kepada mereka yang telah masuk islam, seperti Abdullah ibn
Salam, Ka’ab al-Ahbar, dan lain sebagainya, demi kesempurnaan kisah Nabi-nabi
dan bangsa-bangsanya sebelum nabi Muhammad Saw.
2.
Sejarah Masuknya Israiliyyat ke Dalam Penafsiran
Sebelum Islam datang, ada satu
golongan yang disebut dengan kaum Yahudi, yaitu sekelompok kaum yang dikenal
mempunyai peradaban yang tinggi dibanding dengan bangsa arab pada waktu itu.
Mereka telah membawa pengetahuan keagamaan dari kitab suci mererka.[7]
Pada waktu itu mereka hidup
dalam keadaan tertindas. banyak di antara mereka yang lari dan pindah ke
Jazirah Arab sekitar 70 M. Pada masa inilah diperkirakan terjadinya
perkembangan besar-besaran kisah-kisah Israiliyyat, kemudian mengalami kemajuan
pada taraf tertentu.Disadari atau tidak, terajdi proses pencampuran antara
tradisi bangsa Arab dengan Khazanah tradisi Yahudi tersebut.[8]
Dengan kata lain adanya kisah
Israiliyyat merupakan kensekuensi logis dari proses akulturasi budaya dan ilmu
pengetahuan antara bangsa arab jahiliyyah dan kaum Yahudi serta Nasrani.[9]
Pendapat lain menyatakan bahwa
timbulnya Isriliyyat adalah:[10]
a.
Karena semakin banyaknya orang-orang Yahudi masuk
Islam, sebelumnya mereka adalah kaum yang beradaban tinggi, tatkala masuk Islam
mereka tidak melepaskan seluruh ajaran-ajaran yang mereka anut terlebih dahulu
sehingga dalam pemahmannya sering kali tercampur antara ajaran yang mereka anut
terdahulu dengan ajaran Islam.
b.
Adanya keinginan dari kaum Muslim pada waktu itu
untuk mengetahui sepenuhnya tentang seluk-beluk bangsa Yahudi yang peradaban
tinggi di muka, al-Qur’an hanya hanya mengungkap secara terperinci saja,dengan
ini maka muncullah kelempok mufassir dengan memasukkan kisah-kisah yang
besumber dari orang-orang Yahudi dan Nasrani tersebut, akibatnya tafsir itu
penuh dengan kesimpangsiuran, bahkan terkadang mendekati khurafat dan takhayul.
c.
Adanya ulama Yahudi yang masuk Islam yang
dipandang mempunyai andil yang besar terhadap tersebarnya kisah Isriliyyat pada
kalangan muslim.
Hal di atas dipandang sebagai
indikasi bahwa kisah Israiliyyat masuk ke dalam Islam sejakmasa sahabat dan
membawa pengaruh besar terhadap kegiaan penafsiran al-Qur’an pada masa-masa
sesudahnya.
Kitab-kitab samawi memiliki
kecocokankisah-kisah yang disebutkan didalamnya, bedanya terletak pada ringkas
dan rincinya. Namun sahabat menjaga diri mengenai hal itu , mereka tidak
menanyakan kepada Ahli Kitab kecuali mengenai penjelasanyang mubhan dan mujmal,
yang belum dikemukakan oleh Rasul Saw. Mereka juga tidak menyibukkan diri
bertanya mengenai hal-ha remeh yang lebih mirip dengan bermain-main, misalnya
pertanyaanwarna anjing Ahlul Kahfi, jenis semut yang diajak bicara oleh Nabi
Sulaiman, bocah yang dibunuh oleh Khidir dan lain-lain.[11]
Namun Tabi’an telah bersikap
longgar dan berlebihan dalam mengambil dari ahli kitab, sehingga Isriliyyat
menjadi banyak sekali dalam tafsir. apalagi sudah banyak ahli kitab yang masuk
Islam, ditambah kecenderungan kaum muslmin mendalami kisah-kisah dan mengetahui
rinciannya berkenaan apa yang ada di dalam al-Qur’an tentang kaum Yahudi dan
Nasrani serta hal ihwal penciptaan alam. Sebagian ulama tabi’in meriwayatkan
dari ulama Ahli Kitab yang telah masuk Islam banyak riwayat yang kemudian
memenuhi kitab-kitab tafsir.[12]
Di antaranya Muqatil ibn
Sulaiman (w. 150 H), abu Hatim berkata mengenai dirinya bahwa beliau mengambil
ilmu-ilmunya tentang al-Qur’an dari kaum Yahudi dan Nasrani dan menjadikan
sejalan dengan apa yang ada di dalam kitab-kitab mereka.[13]
Kemudian setelah masa tabi’in
muncul kesembronoan dalam mengambil dari Ahli Kitab. Banyak Israiliyyat yang
bertentangan dengan akal sehat dan berlawanan dengan riwayat shahih yang diambil
dari mereka, yang kemudian memenuhi kitab-kitab tafsir pada masa kodifikasi dan
merancukan dan melemahkan kepercayaankepada kitab-kitab tafsir itu serta
menciptakanlubang yang menganga bagi datangnya kritik dari para musuh Islam. [14]
3. Pendapat Para
Ulama Tentang Israiliyyat
Menurut al-Syirbasi bahwa sebagian ahli tafsir
suka berlama-lama menyebutkan kisah-kisah kenabian dan bangsa yang telah
bersilam bersumber kepada Ahli Kitab, padahala pada saat yang sama al-Qur’an
hanya menyebutkan kisah itu secara ringkas dan global saja, karena al-Qur’an
menginginkan sebuah ibarat, pelajaran dan perhatian kepada sunnatullah yang
berkenaan dengan kehidupan sosial manusia, dan ingin menggambarkan pengaruh
serta akibat perbuatan baik dan buruk dengan menampilkan kisah tersebut.[15]
Menurut
Muhammad husein az-Zahabi sebagaiman dikutip oleh cendikiawan hukum islam
indonesia bahwa Israiliyyat tidak hanya terbatas pada Yahudi dan kebudayaan
mereka tetapi juga termasuk Nasrani dan kebudayaannya yang semuanya berpengaruh
dalam menafsirkan al-Qur’an, lanjutnya pemakaian kata Israiliyyat bukan hanya
terkait dengan warna kebudayaan Yahudi dan kebudayaan Nasrani, pemakaian kata
Israiliyyat hanya sekedar menunjukkan bahwa pada masa awalnya, Islam lebih
banyak berhadapan dengan Yahudi dibanding Nasrani.[16]
Israiliyyat
masuk ke dalam tafsir al-Qur’an sejak zaman sahabat, dalam memahami ayat-ayat
al-qur’an para sahabat pertama kali berpegang pada penjelasan Rasulullah Saw.
Setelah Beliau meninggal jika tidak ada penjelasan dari Rasulullah terhadap
ayat al-Qur’an yang ingin dipahami, para sahabat berusaha memahami ayat
tersebut denganpengetahuan bahasa Arab yang dimiliki mereka. Dalam hal yang
menyangkut peristiwa masa lalu, seperti kisah umat masa lalu yang tidak mereka
temukan dalam penjelasan sabda nabi maka mereka berusaha menanyakan kepada para
sahabat yang lain yang dulunya beragama Yahudi atau Nasrani. Mereka yang
disebut terakhir ini berusaha memberikan penjelaan atau penafsiran dari ayat ,
yang tidak terlepas sama sekali dari pengaruh agama atau kebudayaan mereka
dahulu, bahkan ada pula di antara merekayang sengaja memasukkan unsur-unsur
Yahudi Nasrani ke dalam penafsiran mereka.[17]
Menurut
Ibnu Khaldun (732 H/1332 M – 808 H/1406 M), menganalisa masuknya Israiliyyat
dalam penafsiran al-qur’an diawali oleh keadaan orang Arab yang waktu itu
mempunyai pola al-Badawah (Nomad) dan ummiyyah (buta huruf).
Mereka tidak banyak tahu tentang sebab-sebab penciptaan alam, kapan dimulai,
dan apa rahasia-rahasia yang terkandung dalam penciptaan alam. Oleh karena itu
mereka bertanya kepada Ahli Kitab. akan tetapi para Ahli Kitab yang ada pada
masa itu sama saja ke badahawannya oleh orang kebanyakan Ahli Kitab
sendiri. Tatkala orang-orang Ahli Kitab tersebut memeluk agama Islam, nereka
tetap berpegang pada penafsiran mereka sebelum masuk Islam. Dengan demikian
tafsir-tafsir al-Qur’an dikalangan umat Islam dimasuki cerita-cerita
Israiliyyat. Orang-orang Yahudi dan Nasrani bertahan dengan pengetahuan mereka
dalam menafsirkan al-Qur’an tentang sebab-sebab penciptaan alam, kapan
diciptakan, dan rahasia-rahasia yang terkandung dalam penciptaan alam. Seperti
Munabbih (34-110) dan Abdullah bin Salam (w.43 H), keduanya sebelum masuk Islam
adalah Ahli Kitab.[18]
Menurut
Sayyid Ahmad Khalil bahwa Israiliyyat merupakan riwayat-riwayat yang berasal
dari Ahli Kitab, baik yang berhubungan dengan agama mereka ataupun yang tidak
ada hubungannya sama sekali dengannya. Penisbatan riwayat israiliyyat kepada
orang-orang Yahudi karena pada umumnya para perawinya berasal dari kalangan
mereka yang sudah masuk Islam.[19]
4. Contoh-Contoh
Kisah Israiliyyat
Bila mengambil salah satu kisah yang sama
diceritakan dalam al-Qur’an dan Taurat atau dalam al-Qur’an dan Injil, kemudian
perbandingkan, maka dapat melihat dengan jelas adanya perbedaan dalam pola-pola
kisahnya masing-masing. Sebagai contoh:[20]
$uZù=è%ur
ãPy$t«¯»t
ô`ä3ó$# |MRr&
y7ã_÷ryur sp¨Ypgø:$# xä.ur $yg÷ZÏB
#´xîu
ß]øym $yJçFø¤Ï©
wur $t/tø)s?
ÍnÉ»yd
notyf¤±9$#
$tRqä3tFsù z`ÏB tûüÏHÍ>»©à9$#
ÇÌÎÈ $yJßg©9yr'sù
ß`»sÜø¤±9$# $pk÷]tã
$yJßgy_t÷zr'sù
$£JÏB
$tR%x. ÏmÏù
(
$uZù=è%ur
(#qäÜÎ7÷d$#
ö/ä3àÒ÷èt/ CÙ÷èt7Ï9 Arßtã (
ö/ä3s9ur Îû
ÇÚöF{$# @s)tGó¡ãB ìì»tFtBur
4n<Î) &ûüÏm
ÇÌÏÈ #¤)n=tGsù ãPy#uä
`ÏB
¾ÏmÎn/§ ;M»yJÎ=x.
z>$tGsù
Ïmøn=tã 4
¼çm¯RÎ)
uqèd Ü>#§qG9$# ãLìÏm§9$# ÇÌÐÈ $oYù=è%
(#qäÜÎ7÷d$#
$pk÷]ÏB
$YèÏHsd (
$¨BÎ*sù
Nä3¨YtÏ?ù't
ÓÍh_ÏiB
Wèd
`yJsù
yìÎ7s? y#yèd
xsù ì$öqyz öNÍkön=tæ wur öNèd tbqçRtøts
ÇÌÑÈ
Terjemahannya
Dan Kami berfirman: "Hai Adam,
diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang
banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon
ini yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.
36. lalu keduanya digelincirkan oleh
syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari Keadaan semula dan Kami berfirman:
"Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu
ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan."
37.
kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
38. Kami
berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! kemudian jika datang
petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya
tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati".[21]
ãPy$t«¯»tur
ô`ä3ó$# |MRr&
y7ã_÷ryur sp¨Yyfø9$# xä3sù ô`ÏB ß]øym $yJçFø¤Ï©
wur $t/tø)s?
ÍnÉ»yd
notyf¤±9$#
$tRqä3tFsù z`ÏB tûüÏHÍ>»©à9$#
ÇÊÒÈ }¨uqóuqsù $yJçlm;
ß`»sÜø¤±9$# yÏö7ãÏ9 $yJçlm;
$tB
yͼãr
$yJåk÷]tã
`ÏB
$yJÎgÏ?ºuäöqy tA$s%ur
$tB
$yJä38uhtR $yJä3/u
ô`tã ÍnÉ»yd
Íotyf¤±9$#
HwÎ) br&
$tRqä3s? Èû÷üs3n=tB ÷rr& $tRqä3s? z`ÏB tûïÏ$Î#»sø:$# ÇËÉÈ !$yJßgyJy$s%ur
ÎoTÎ) $yJä3s9
z`ÏJs9 úüÏÛÅÁ»¨Y9$#
ÇËÊÈ $yJßg9©9ysù 9ráäóÎ/
4
$£Jn=sù
$s%#s notyf¤±9$#
ôNyt/ $yJçlm;
$yJåkèEºuäöqy $s)ÏÿsÛur
Èb$xÿÅÁøs
$yJÍkön=tã
`ÏB
É-uur Ïp¨Ypgø:$# (
$yJßg1y$tRur
!$yJåk5u óOs9r& $yJä3pk÷Xr&
`tã
$yJä3ù=Ï?
Íotyf¤±9$#
@è%r&ur
!$yJä3©9 ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# $yJä3s9
Arßtã ×ûüÎ7B
ÇËËÈ w$s%
$uZ/u
!$oY÷Hs>sß $uZ|¡àÿRr& bÎ)ur
óO©9 öÏÿøós? $uZs9
$oYôJymös?ur
¨ûsðqä3uZs9
z`ÏB z`ÎÅ£»yø9$# ÇËÌÈ tA$s%
(#qäÜÎ7÷d$#
ö/ä3àÒ÷èt/ CÙ÷èt7Ï9 Arßtã (
ö/ä3s9ur Îû
ÇÚöF{$# @s)tGó¡ãB ìì»tFtBur
4n<Î) &ûüÏm
ÇËÍÈ
Terjemahannya
19. (dan Allah berfirman): "Hai Adam
bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua
(buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati
pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua Termasuk orang-orang yang zalim."
20. Maka
syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata:
"Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya
kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal
(dalam surga)".
21. dan
Dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah
Termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",
22. Maka
syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala
keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya,
dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. kemudian Tuhan mereka
menyeru mereka: "Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu
dan aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi kamu berdua?"
23.
keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri,
dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah
Kami Termasuk orang-orang yang merugi.
24. Allah
berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi
sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat
mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan".[22]
Kisah Adam dan Iblis yang
sama-sama diceritakan dalam Taurat dan al-Qur’an di banyak surat, dan yang
terpanjang adalah dalam surat-surat al baqarah dan al-a’raf. Dengan melihat
ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah ini baik dalam kedua surat tersebut
ataupun dalam surat lainnya dapat dilihat bahwa al-Qur’an tidak menyebutkan
dimana letak surga yang dimaksud, nama pohon yang tidak boleh dimakan oleh Adam
dan istrinya, dan juga tidak menjelaskan bahwa setan menjelma menjadi seekor
ular yang kemudian masuk ke dalam surga untuk membujukAdam agar mau memakan
buah pohon terlarang itu, dan al-Qur’an juga tidak menyebutkan di mana bapak
dan ibu manusia itu turun dan bertempat tinggal setelah diusir dari dalam
surga.
Di situ antara lain dijelaskan
bahwa surga yang di tempati Adam adalah surga Aden di sebelah timur, pohon
terlarang yang di maksud berada di tengah-tengahsurga dan merupakan pohon
kehidupan dan pohon kebaikan dan kejahatan, sedangkan yang bercakap-cakap
dengan kedua orang suami istri itu adalah seekor ular, juga disebutkan bahwa
penjelmaan iblis menjadi ular merupakan hukuman Allah agar ia berjalanmelata di
atas perutnya dan memakan debu. Karena mengikuti ajakan iblis Hawa dan dan anak
turunnya dijatuhi hukuman yaitu hamil.[23]
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
- Kata Israiliyyat, secara etimologis merupakan bentuk jamak dari kata Israiliyyah, yang dinisbahkan dalam bahasa Ibrani kepada kata Israil yang berarti Abdulllah atau Hamba Allah. kata Israiliyat dinisbahkan kepada kedua putra nabi Ibrahim yaitu Ya’qub da Ishaq, yang mempunyai 12 keturunan. Dari 12 anaknya itu, ada satu putranya yang menonjol yang bernama Yahuda yang kemudian dijadikan sebutan bagi keturunan Nabi Ya’qub. Secara etimologis kata Israiliyyat, kendati pada mulanya hanya menunjukkan riwayat yang bersumber dari kaum Yahudi, namun pada akhirnya, para ulama tafsir dan hadits menggunakan istillah tersebut dalam pengertian yang luas lagi. Oleh karena itu ada ulama yang mendefenisikan Israiliyyat yaitu sesuatu yang menunjukkan pada setiap hal yang berhubungan dengan tafsir maupun hadits berupa cerita atau dongeng-dongeng kuno yang dinisbahkan pada asli riwayatnya dari sumber yahudi, Nasrani atau lainnnya.
- Karena semakin banyaknya orang-orang Yahudi masuk Islam, sebelumnya mereka adalah kaum yang beradaban tinggi, tatkala masuk Islam mereka tidak melepaskan seluruh ajaran-ajaran yang mereka anut terlebih dahulu sehingga dalam pemahmannya sering kali tercampur antara ajaran yang mereka anut terdahulu dengan ajaran Islam. Adanya keinginan dari kaum Muslim pada waktu itu untuk mengetahui sepenuhnya tentang seluk-beluk bangsa Yahudi yang peradaban tinggi di muka, al-Qur’an hanya hanya mengungkap secara terperinci saja,dengan ini maka muncullah kelempok mufassir dengan memasukkan kisah-kisah yang besumber dari orang-orang Yahudi dan Nasrani tersebut, akibatnya tafsir itu penuh dengan kesimpangsiuran, bahkan terkadang mendekati khurafat dan takhayul. Adanya ulama Yahudi yang masuk Islam yang dipandang mempunyai andil yang besar terhadap tersebarnya kisah Isriliyyat pada kalangan muslim.
- Menurut al-Syirbasi bahwa sebagian ahli tafsir suka berlama-lama menyebutkan kisah-kisah kenabian dan bangsa yang telah bersilam bersumber kepada Ahli Kitab, padahala pada saat yang sama al-Qur’an hanya menyebutkan kisah itu secara ringkas dan global saja, karena al-Qur’an menginginkan sebuah ibarat, pelajaran dan perhatian kepada sunnatullah yang berkenaan dengan kehidupan sosial manusia, dan ingin menggambarkan pengaruh serta akibat perbuatan baik dan buruk dengan menampilkan kisah tersebut. Menurut Muhammad husein az-Zahabi sebagaiman dikutip oleh cendikiawan hukum islam indonesia bahwa Israiliyyat tidak hanya terbatas pada Yahudi dan kebudayaan mereka tetapi juga termasuk Nasrani dan kebudayaannya yang semuanya berpengaruh dalam menafsirkan al-Qur’an, lanjutnya pemakaian kata Israiliyyat bukan hanya terkait dengan warna kebudayaan Yahudi dan kebudayaan Nasrani, pemakaian kata Israiliyyat hanya sekedar menunjukkan bahwa pada masa awalnya, Islam lebih banyak berhadapan dengan Yahudi dibanding Nasrani.
- Kisah Adam dan Iblis yang sama-sama diceritakan dalam Taurat dan al-Qur’an di banyak surat, dan yang terpanjang adalah dalam surat-surat al baqarah dan al-a’raf. Dengan melihat ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah ini baik dalam kedua surat tersebut ataupun dalam surat lainnya dapat dilihat bahwa al-Qur’an tidak menyebutkan dimana letak surga yang dimaksud, nama pohon yang tidak boleh dimakan oleh Adam dan istrinya, dan juga tidak menjelaskan bahwa setan menjelma menjadi seekor ular yang kemudian masuk ke dalam surga untuk membujukAdam agar mau memakan buah pohon terlarang itu, dan al-Qur’an juga tidak menyebutkan di mana bapak dan ibu manusia itu turun dan bertempat tinggal setelah diusir dari dalam surga.
Di situ antara lain dijelaskan
bahwa surga yang di tempati Adam adalah surga Aden di sebelah timur, pohon
terlarang yang di maksud berada di tengah-tengah surga dan merupakan pohon
kehidupan dan pohon kebaikan dan kejahatan, sedangkan yang bercakap-cakap
dengan kedua orang suami istri itu adalah seekor ular, juga disebutkan bahwa
penjelmaan iblis menjadi ular merupakan hukuman Allah agar ia berjalanmelata di
atas perutnya dan memakan debu. Karena mengikuti ajakan iblis Hawa dan dan anak
turunnya dijatuhi hukuman yaitu hamil.
2.
SARAN
Demikianlah apa yang dapat
penulis tuangkan dalam tulisan ini, kritik Dan saran yang sifatnya membangun
tetap penulis nantikan, utamanya dari bapak Pembina mata kuliah Tafsir
Israiliyyat, untuk perbaikan di waktu mendatang. Semoga tulisan ini membawa
manfaat. Kesempurnaanya hanya milik Allah Swt.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidu
Yunus Hasan, Tafsir al-Qur’an Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufassir, Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2007.
Departemen
Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Kementrian Agama RI,
2004.
Al-Dzahabi
Husain, al-Israiliyyat fi Tafsir wa al-Hadits, Damsyiq: Lajnah al-Nasyr
fi Dar al-Iman, 1985.
Goldziher
Ignaz, Madzahib at-Tafsir al-Islami, Kairo: as-Sunnah al-Muhammadiyyah,
1995.
Hakim Masykur dan Ubaidillah, Berdialog dengan al-Qur’an Memehami Kitab
Suci dalam Kehidupan Masa kini, Bandung: Mizan, 1996.
Ichwan Mohammad Nor Ichwan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Semarang: Rasail
Media Group.2008.
Al-Khalaf, Muhammad Husein, al-Yahudiyyah bayna al-Masihiyyah wa
al-Islam, Mesir: al-Muassasah al-Mishriyyah, 1962.
Khalifah Ibrahim Abdurrrahman Muhammad, Dirasat fi Manahij al-Mufassirin,
Kairo: Maktabah al-Azhariyah, 1979.
Khalil Sayyid Ahmad, Dirasat
Fi al-Qur’an, Mesir: Dar al-Ma’rufah, 1961.
Al-Khuli Amin, Manhajut Tajaad fit Tafsir, Kairo:
Darul Ma’arif, 1961.
Al-Qaththan Manna Khalil, Terjemahan Mabahits fi Ulumul Qur’an, Jakarta:
Lintera Antar Nusa, 1996.
Ritonga A. Rahman. et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2006.
Salim Abd
Muin, Beberapa Aspek Metodelogi Tafsir al-Qur’an .Ujung pandang :LSKI,
1990.
Shihab Quraish, Membumikan
al-Qur’an , Bandung: Mizan, 1995.
Al-Syibarsyi Ahmad, Qishash
al-tafsir, Beirut: Dar al-Jalil, 1978.
Wajdi Muhammad Farij, Dairah
ma’arif al-Qur’an al-Rabi’ Asyar al-Isyrin t.t: Dar al-Ma’rifah.
[1]Muhammad Husein al-Khalaf, al-Yahudiyyah
bayna al-Masihiyyah wa al-Islam, (Mesir: al-Muassasah al-Mishriyyah, 1962),
h. 14.
[2]Muhammad Farij Wajdi, Dairah ma’arif
al-Qur’an al-Rabi’ Asyar al-Isyrin (t.t: Dar al-Ma’rifah, t.th), h. 280.
[3]Ibrahim
Abdurrrahman Muhammad Khalifah, Dirasat fi Manahij al-Mufassirin (Kairo:
Maktabah al-Azhariyah, 1979), h. 318-319.
[4]Husain Al-Dzahabi, al-Israiliyyat fi
Tafsir wa al-Hadits (Damsyiq: Lajnah al-Nasyr fi Dar al-Iman, 1985), h. 19.
[5]Masykur Hakim dan Ubaidillah, Berdialog
dengan al-Qur’an Memehami Kitab Suci dalam Kehidupan Masa kini, (Bandung:
Mizan, 1996), h. 245.
[7]Manna Khalil al-Qaththan, Terjemahan
Mabahits fi Ulumul Qur’an, (Jakarta: Lintera Antar Nusa, 1996), h. 42.
[10]Ignaz Goldziher, Madzahib at-Tafsir
al-Islami, (Kairo: as-Sunnah al-Muhammadiyyah, 1995), h. 113.
[11]Yunus Hasan Abidu, Tafsir al-Qur’an
Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufassir (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2007), h. 61.
[15]Ahmad al-Syibarsyi, Qishash al-tafsir,
(Beirut: Dar al-Jalil, 1978), h. 40.
[16]A. Rahman Ritonga. et.al, Ensiklopedi
Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2006), h. 755.
[23]Mohammad Nor Ichwan, Op. it, h.
230-231.
i'am like
BalasHapus