Senin, 10 Maret 2014

resensi buku "saya pilih jadi pengusaha fadel muhammad"


RESENSI BUKU OLEH ABRAR

1.      Biodata Buku        
a.       Judul buku: Fadel Muhammad “Saya Pilih Jadi Pengusaha”
b.      Pengarang : Ahmed Kurnia Soeriawidjaja
c.       Penerbit : Pustaka Sinar Harapan
d.      Cetakan: pertama
e.       Terbitan: tahun 2000
f.       Ketebalan : Vii + 165 halaman           
g.      Harga : 20000
2.      Pendahuluan
a.       Biodata penulis
Pendidikan formal penulis ditempuh di SMA Negeri 3 Jakarta lulus tahun 1977 lalu melanjutkan kuliah di jurusan Sosiologi Universitas Indonesia Depok .
Penulis merupakan wartawan senior Tempo, Jakarta Post, dan Pilar yang pernah menjadi Juri pada lomba karya tulis transformasi JAMSOSTEK. Penulis juga seorang dosen di  London School of Public Relations.
Penulis pernah mewawancarai bapak B.J. Habibie (saat masih menjadi menteri Riset dan Tekhnologi) di gedung BPPT jalan Thamrin, Jakarta pada tahun 1986. Dan juga pernah mewawancarai Dr. Meizar dari Wahana lingkungan Hidup (Walhi) pada tahun 1986.
b.      Kekhasan penulis
Dari latar belakang penulis sebagai seorang wartawan senior dengan kapasitas kualifikasi pengetahuan yang luas yang sering mewawancarai orang-orang yang berpengaruh maka  dia memang layak untuk menulis buku biografi.


c.       Keunikan buku
Buku ini merupakan buku biografi yang memiliki perbedaan dengan adanya ilustrasi yang menyerupai kejadian pada cerita sehingga menarik minat pembaca untuk membaca buku ini lebih jauh.
d.      Merumuskan tema
“Buku biografi Fadel Muhammad yang merupakan bibit baru yang unggul dalam dunia kewirausahaan indonesia”
e.       Kesan terhadap buku
Buku ini mengajarkan cara membuka wawasan berpikir untuk berkembang dalam dunia usaha yang berawal dengan keyakinan. Dengan keyakinan tersebut menjadikan lebih semangat untuk berusaha kerja keras dan kerja cerdas.
Namun pada buku ini ada kecurigaan mengandung unsur politik karena “moment” penerbitan buku ini, untuk menpublikasikan atau mencitrakan nama Fadel Muhammad. Sehingga kejadian beberapa tahun berikutnya  fadel muahammad menjadi gubernur Gorontalo.
3.      Isi buku
a.       Synopsis
Buku ini terdiri dari enam bab. Diawali narasi sejarah seorang anak yang lahir di kota Ternate, yang memiliki perbedaan dari anak-anak yang lain, dialah Fadel yang memiliki kemauan besar untuk belajar, dan berjiwa pedagang. Maka ketika dia menginjak usia dewasa dia memutuskan untuk melanjutkan studi di jenjang pendidikan tinggi.
Setelah Fadel masuk di ITB dia menjadi seorang aktivis kampus yang memberikan perbedaan-perbedaan dengan mencoba memberikan hal-hal yang baru berupa ide-ide termasuk dengan contoh berwirausaha.
Setelah Fadel menyelesaikan kuliah di ITB dia  menghadapi dua pilihan menjadi PNS atau menjadi pengusaha. Pilihan Fadel menjadi seorang pengusaha yang memulai bisnisnya dari bawah dan selalu yakin dan bekerja keras dan cerdas tanpa menyerah ternyata menjadikan dia seorang pengusaha papan atas saat ini.
Ternyata sosok fadel bukan hanya hebat dalam kewirausahaan tapi fadel ternyata juga mampu berkecimpung di organisasi, baik organisasi islam ataupun pemerintahan bahkan di partai politik yang membuat namanya semakin terkenal. 
 Fadel juga berusaha menyebar virus entrepreneur  di kampus agar dapat menciptakan mahasiswa lulusan perguruan tinggi yang berjiwa wirausaha, dengan memberikan ide-ide agar tetap intens berusaha dalam menghadapi krisis ekonomi agar menjadi seorang pengusaha yang sejati yang memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain atau lingkungannya.
Fadel mencoba menawarkan hal yang baru berupa nilai-nilai keislaman secara universal dalam berusaha atau berdagang agar menjadikan orde perekonomian yang lebih adil dan bijaksana.
b.      Ulasan
Hal yang paling mendasar dalam diri fadel Muhammad untuk maju adalah dengan adanya ilmu “Belajar adalah bagian dari semangat untuk mencapai cita cita dalam hidup (paragraph 4: h. 4). Dengan adanya ilmu yang dimiliki maka segala sesuatu yang dikerjakan maka akan ada pertimbangan sebelumnya.
Dengan kerja cerdas menuntut kreatifitas dalam menyesiasati waktu, tenaga, dan peluang. Dan perlu bekal kemampuan untuk mengolah ilmu-ilmu yang ada menjadi sebuah keputusan bisnis yang jenius. Pantang menyerah adalah salah satu ciri orang cerdas. Ia tidak akan menyerah begitu saja ketika ia mendapat kesulitan. (h. 59). Kesuksesan seorang pengussaha itu karena cerdas dalam mengambil keputusan dan pantang menyerah saat mendapat kesulitan.
Fadel memutuskan untuk memilih menjadi pengusaha yang mandiri (paragraph 3, h. 49). Apabila kita yakin dengan keputusan kita dan mau melakukannnya dengan kerja keras serta kerja cerdas maka kesuksesan itu akan kita raih seperti fadel pada saat ini yang menjadi salah satu pengusaha  papan atas.
c.       Keunggulan buku
Buku biografi ini merupakan buku yang boleh dibaca oleh semua kalangan karena memiliki keunggulan dengan banyaknya motivasi yang memberikan semangat bahwa orang yang hidupnya pun sederhana akan bisa sukses jika ada kemauan untuk berusaha.
d.      Kelemahan buku
Pada buku ini banyak kata atau kalimat asing yang tidak diartikan ke dalam bahasa Indonesia atau tidak ada indeks buku, sehingga akan terasa sulit dimengerti bagi pembaca yang tidak tahu tentang hal tersebut. Dan  juga identitas buku yang kurang lengkap, seperti  tidak adanya biodata penulis dan ukuran buku tersebut sehingga sulit untuk dianalisis.
e.       Rumusan kerangka buku
Adapun rumusan kerangka buku adalah:
Kata Pengantar
Pedagang Roti Dari Pesisir
ITB: Labotarium Bisnis Berikut
Saya Pilih Jadi Pengusaha
Menjadi Pelaku Sejarah
Menyebar “Virus” Entrepreneur di Kampus
Menatap ke Masa Depan: Islam dan Orde Ekonomi Baru
f.       Tinjauan bahasa
Pada buku ini bahasa yang digunakan mudah dipahami apabila dibaca oleh kalangan akademis namaun untuk kalangan masyarkat umum yang jenjang pendidkannya rendah maka akan terdapat beberapa bahasa yang kurang mampu dipahami.
g.      Kesalahan cetak
a.       Tertulis nayring yang seharusnya nyaring (paragraph pertama halaman 8)
b.      Tertulis intitusi yang seharusnya institusi (paragraph 3 halaman 13)
c.       Tertulis ruitn yang seharusnya rutin ( paragraph 1 halaman 27)
d.      Tertulis besiswa yang seharusnya beasiswa (baris pertama halaman 48)
e.       Tertulis bagiaman yang seharusnya bagaimana (paragraph kedua halaman 83)
f.       Tertulis sekadar yang seharusnya sekedar (baris sepuluh halaman 85)

artikel tentang agama buddha


Artikel Tentang Agama Buddha
            Agama di dunia ini selalu dijadikan sebagai pedoman hidup oleh sebagian besar  manusia yang hidup di dunia ini. Karena manusia yakin dengan agama dapat membawa manusia  ke jalan yang benar. Tak terkecuali para penganut agama Buddha yang menjadikan agamanya sebagai petunjuk kebenaran dengan dasar hendaknya selalu mempunyai keyakinan yang teguh kuat terhadap kebaikan. Kebaikan yang tulus dan murni. Seandainya, kita sudah di ujung maut kalau kita masih mempunyai karma-karma baik, karma baik itulah yang akan menyelamatkan kita. Berbahagialah saudara yang tetap teguh di dalam kebaikan.
            Setiap seseorang yang ingin betul meyakini agamanya harus mengetahui dan memahami secara mendalam sejarah dan ajaran agamanya seperti pula pengikut agama Buddha yang ingin memahami secara sempurna agama Buddha maka hendaklah memahami secara mendalam sejarah dan ajaran agama Buddha.
            Dengan adanya cara seperti itu akan lebih mudah membuat para pengikut agama buddha akan semakin menguatkan keyakinan akan adanya kebenaran dalam ajaran buddha, karena dengan adanya pemahaman yang baik secara sempurna terhadap ajaran agama Buddha  maka setiap pengikutnya akan mengetahui sepak terjang ajaran agama tersebut.





Agama Buddha lahir di negara India, lebih tepatnya sekarang di wilayah Nepal. Agama Buddha sebagai reaksi terhadap agama Baranisme. Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Buddha Siddharta Gautama merupakan  Pencetus agama Buddha yang dikenal sebagai Gautama Buddha oleh pengikut-pengikutnya. Yang selanjutnya ajaran Buddha dibawa oleh seorang bhiksu bernama Fa Hsien yang mendapat pengaruh dari Tibet disesuaikan dengan tuntutan dan nilai lokal.
Setiap aliran Buddha berpegang kepada kitab Tripitaka yang dijadikan sebagai rujukan utama yang di dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (khutbah-khutbah Sang Buddha), Vinaya Piṭak (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
Dalam agama Buddha ada pedoman 8 jalan kebaikan yaitu:
1.      Pengertian yang benar (Samma Ditthi)
2.      Maksud yang benar (Samma Sankappa)
3.      Bicara yang benar (Samma Vacca)
4.      Laku yang benar (Samma kammarta)
5.      Kerja yang benar (Samma ajiva)
6.      Ikhtiar yang benar (Samma Vayama)
7.      Ingatan yang benar (Samma Sati)
8.      Renungan yang benar (Samma smadhi).


Perlu ditekankan di sini bahwa Buddha itu bukan Tuhan. Karena Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang kekal. Konsep ketuhanan agama Buddha terdapat pada pernyataan  dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3
Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu yang Tidak Dilahirkan, yang Tidak Menjelma, yang Tidak Tercipta, yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada yang Tidak Dilahirkan, yang Tidak Menjelma, yang Tidak Diciptakan, yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada yang Tidak Dilahirkan, yang Tidak Menjelma, yang Tidak Tercipta, yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelairan, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.”.
Merupakan konsep Ketuhanan yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang yang artinya "Suatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan dan yang mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Dalam kitab suci Tripitaka agama Buddha memiliki konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, namun bukan hanya itu masih ada yang berbeda antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha, Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya. Maka setiap manusia yang ingin sampai tujuan akhir hidup mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana satu makhluk tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa - dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah keBuddhaan dapat dicapai.

tentang surah dan ayat (makiyyaah dan madaniyyah)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah qalamullah yang memiliki kedudukan tertinggi di sisi Allah yang  terdiri dari beberapa surat dan ayat, yang menjadi pemisah antara satu surat dengan surat yang lain, dan pemisah antara ayat  satu dengan ayat yang lain.
Pada kalangan ulama tafsir terjadi perbedaan pemahaman tentang surat dan ayat tersebut, dan juga pada saat ini kebanyakan umat islam belum memahami tentang surat dan ayat tersebut.
Maka dari itu pada makalah ini pemakalah akan menjelaskan tentang surat dan ayat melalui berbagai macam sumber buku tentang surat dan ayat

B.     RUMUSAN MASALAH
            Bertitik tolak dari uraian permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan  masalah yaitu:
  1. Apa pengertian surat dan ayat?
  2. Bagaimana proses turunnya surat makkiyah dan madaniyah?













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Surah
Surat berasal dari kata Surul Balad (artinya dinding yang mengitari kota). Istilah surah digunakan karena setiap surah mengandung atau membatsi ayat-ayat al-Qur’an, sama seperti dinding kota yang meliputi rumah-rumah.[1]
Secara lughawi (arti kata), surat mempunyai banyak arti, diantaranya: tingkatan atau martabat, tanda atau alamat, gedung yang tinggi atau indah, sesuatu yang sempurna atau lengkap, susunan sesuatu atas lainnya yang bertingkat-tingkat.[2]
Adapun pengertian surat menurut terminology para ahli ilmu-ilmu al-Qur’an, seperti dikemukakan sebagian ulama diantaranya :[3]
1)      Menurut al-Ja’bari



Artinya:
“Batasan surat ialah (sebagian) Qur’an yang mencakup beberapa ayat yang mempunyai permulaan dan penghabisan (penutup), dan paling sedikit ialah tiga ayat”.

2)      Kata Manna al-Qaththan



Artinya:
“Surat ialah sekumpulan ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai tempat bermula dan sekaligus tempat berhenti (berakhir)”.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                
B.     Pengertian Ayat
Kata ayat dalam pengertian bahasa mengandung banyak arti, diantaranya :[4]
a)      Berarti mu’jizat, misalnya dalam firman Allah surah al-Baqarah ayat 211:
ö@y ûÓÍ_t/ Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) öNx. Oßg»oY÷s?#uä ô`ÏiB ¥ptƒ#uä 7puZÉit/ 3
             Artinya:
  “Tanyakanlah kepada Bani Israil: berapa banyak nu’jizat yang nyata telah kami berikan kepada mereka…

b)      Berarti tanda atau alamat, seperti banyak dijumpai dalm ayat-ayat al-Qur’an: Al-Hijr ayat 77, An-Nahl ayat 11,13,65,67,69, dan dalam surah al-Baqrah ayat 248, Allah berfirman:
.. ó¨bÎ) sptƒ#uä ÿ¾ÏmÅ6ù=ãB br& ãNà6uÏ?ù'tƒ ßNqç/$­G9$# ÏmÏù ×puZŠÅ6y `ÏiB öNà6În/§ ×
           Artinya:
  …Sesungguhnya bahwa sebagai tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya Tabut kepadamu di dalamnya terdapat ketenanagan dari Tuhanmu…

c)      Berarti  ibrah atau pelajaran, misalnya dalam surat Huud ayat 102-103, Al-Furqan ayat 37, Allah berfirman:
tPöqs%ur 8yqçR $£J©9 (#qç/¤Ÿ2 Ÿ@ߍ9$# öNßg»oYø%tøîr& öNßg»oYù=yèy_ur Ĩ$¨Y=Ï9 Zptƒ#uä (
 Artinya:
“Dan telah kami binasakan kaum nuh ketika nereka mendustakan rasul-rasul, kami tenggealmkan mereka, dan kami jadikan (kisah) mereka itu sebagai pelajaran bagi manusia…

d)     Berarti sesuatu yang menakjubkan,seperti tercantum, dalam al-Qur’an surah al-Mu’minun ayat 50 sebagai berikut:
                                                                                                                              $uZù=yèy_ur tûøó$# zNtƒótB ÿ¼çm¨Bé&ur Zptƒ#uä
           
e)      Berarti kelompok atau gabungan, misalnya dapat dilihat dalam ungkapan orang arab.
f)       Berarti bukti atau dalil, sepeti dipergunakan oleh ungkapan al-Qur’an surat ar-Rum ayat 22:
                                                                                                                             ô`ÏBur ¾ÏmÏG»tƒ#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4
           Artinya:
“Dan di antara bukti-bukti dalil adanya Allah dan kekuasaan-Nya ialah diciptakannya langit dan bumi serta beraneka ragam bahasamu dan warna kulitmu…[5]

Adapun pengertian ayat secara terminologis sebagai berikut :[6]


Artinya:
“Ayat merupakan satu kelompok kata yang mempunyai permulaan dan akhir, berada dalam satu surat dalam al-Qur’an.

Sesungguhnya anyara semua pengertian etimologis kata “ayat” tersebut di atas dengan pengertian terminologisnya masih mempunyai relevansi yang sangat kuat. Sebab sebenarnya al-Qur’an itu merupakan mu’jizat Nabi Muahammad, merupakan suatu tanda atau alamat yang menunjukkan kebenaran kenabian Muahammad yang membawa dan menyampaikan ayat-ayat itu, di samping ia pun secara jelas mengandung pelajaran dan peringatan kepada segenap manusia, yang di dalamnya memuat hal-hal yang sangat mengagumkan dan menakjubkan, yang pada kenyataannya tergabung dalm kelompok kalimat atau kata serta huruf, yang benar-benar berfungsi sebagia bukti atau dalil atas ke Maha Besaran dan kekusaan Allah.[7]
Ayat adalah bagian terkecil atau terpendek dari surah yang ada dalam al-Qur’an, terdiri atas satu atau sejumlah huruf dan kalimat yang mempunyai arti.[8]

1.      Jumlah Surah dan Ayat
Al-Qur’an dari awal siturunkan, dengan bentuk seperti yang sekarang in berjumlah 114 surat sampai kepada kita melalui jalur Rasulullah SAW yang dinukil oleh sahabat dan tabi’in. Jumlah surah adalah mutawatir. Melebihi atau kurang dari jumlah tersebut tidak bisa diakui kebenarannya karena tidak berdasar.[9]Dan dikatakan pula ada 113 surat, karena surat Anfal dan Bara’ah dianggap satu surat.[10]
Surat-surat al-Qur’an dibedakan  dalam empat kelompok, yaitu:
  1. Kelompok surat-surat al-Thul, yakni surat-surat yang panjag. Yang termasuk kelompok ini sebanyak tujuh surat:
    1. Surat al-Baqarah, 287 ayat
    2. Surat Ali ‘Imran, 200 ayat
    3. Surat an-Nisa’, 176 ayat
    4. Surat al-Maidah, 120 ayat
    5. Surat al-An’am, 165 ayat
    6. surat al-A’raf, 206 ayat
    7. Surat Yunus, 109 ayat
  2. Kelompok surat-surat al-Mi’un, yaitu surat-surat yang terdiri dari seratus ayat atau lebih (sedikit), seperti surat-surat:
1.      Surat Yusuf, 111 ayat
2.      Surat an-Nahl, 128 ayat
3.      Surat al-Isra’, 111 ayat
  1. Kelompok surat-surat al- Matsani, yaitu surat-surat yang berisikan kurang dari seratus ayat seperti:
1.      Surat Maryam, 98 ayat
2.      Surat al-Hijr, 99 ayat
3.      Surat Yasin, 83 ayat
  1. Kelompok surat-surat al-Mufasshal, yaitu surat-surat pendek. Dalam hal ini ada yang berbeda pendapat:
1.      Ada yang mengatakan dari surat Qaf sampai surat terakhir (an-Nas)
2.      Ada berbeda pendapat mulai surat al-Hujurat hingga surat an-Nas
3.      dan ada pula yang berpendirian lain dari kedua pendapat di atas.[11]

2.      Ayat Makiyah dan Madaniyah
Ayat-ayat Makiyah turun selama 12 tahun 5 bulan dan 13 hari. Tepatnya mulai pada 17 ramadahan tahun 41 hingga awal tahun 54 sari kelahiran nabi Muhammad SAW. Perbandingan ayat-ayat yang diturunkan di mekkah berkisar 19/30 dan yang diturunkan di madinah berkisar 11/30. Al-qur’an yang berjumlah 114 surah, dimulai dari surah al-Fatihah sampai surah an-Nas.[12]
Agak sulit melacak dan mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat makkiyah dan madaniyah karena urutan tertib ayat tidak mengikuti kronologi waktu turunnya ayat, tetapi berdasarkan petunjuk nabi (yawqifi). Lagi pula mishaf Usmani yang menjadi acuan standar sejak semula disusun mengikuti petunjuk nabi. Koleksi Mushaf para sahabat yang di antaranya ada yang ditulis berdasarkan kronologi turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun al-Qur’an yang disusun Utsman menyelesaikan  tugasnya.
Jadi pembakaran mushaf para sahabat bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan demikian menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya, padahal itu diperlukan, terutama dalam melakuakn kajian kritis tentang ayat-ayat nasikh dan mansukh, ayat-ayat am dan khas, dan ayat-ayat mutlaq dan muqayyad. Yang dapat dilacak dan diidentifikasi ialah surat-surat makkiyah dan surah-surat madaniyah. Ini pun masih diperselisihkan dikalangan ulama tafsir.[13]
Surat-surat makkiyah berdasarkan kronologi turunnya sebagai berikut:
1.      Al-Alaq
2.      Al-Qalam
3.      Al-Muzzammil
4.      Al-Muddatstsir
5.      Al-Fatihah
6.      Al-Masad (Al-Lahab)
7.      At-Takwir
8.      Al-A’la
9.      Al-Layl
10.  Al-Fajr
11.  Ad-Dhuha
12.  As-Syarah
13.  Al-Ashr
14.  Al-Adiyat
15.  Al-Kawtsar
16.  At-Takatsur
17.  Al-Maun
18.  Al-Kafirun
19.  Al-Fil
20.  Al-Falaq
21.  An-Nas
22.  Al-Ikhlas
23.  An-Najm
24.  Abasa
25.  Al-Qadar
26.  As-Syams
27.  Al-Buruj
28.  At-Thin
29.  Al-Quraisy
30.  Al-Qariah
31.  Al-Qiyamah
32.  Al-Humazah
33.  Al-Mursalat
34.  Qaf
35.  Al-Balad
36.  At-Thariq
37.  Al-Qaqmar
38.  Shad
39.  Al-A’raf
40.  Al-Jinn
41.  Yasin
42.  Al-Furqan
43.  Fathir
44.  Maryam
45.  Thaha
46.  Al-Waqiah
47.  As-Syu’ara
48.  An-Naml
49.  Al-Qashash
50.  Al- Isra
51.  Yunus
52.  Hud
53.  Yusuf
54.  Al-Hijr
55.  Al-An’am
56.  As-Shaffat
57.  Luqman
58.  Saba’
59.  Az-Zumar
60.  Ghafir
61.  Fushshilat
62.  As-Syuara
63.  As-Sukhruf
64.  Ad-Dukhan
65.  Al-Jatsiah
66.  Al-Ahqaf
67.  Ad-dzariyat
68.  Al-Ghasyiyah
69.  Al-Kahfi
70.  An-Nahl
71.  Nuh
72.  Ibrahim
73.  Al- Anbiyah
74.  Al-Mu’minun
75.  As-Sajadah
76.  At-Thur
77.  Al-Mulk
78.  AL-Haqqah
79.  Al-Ma’arij
80.  An-Naba
81.  An-Naziat
82.  Al-Infithar
83.  Al-Insyiqaq
84.  Ar-Rum
85.  Al-Ankabut
86.  Al-Muthaffifin[14]
Kalangan ulama tafsir berpendapat bahwa surat Muthaffifin adalah surah yang terakhir turun di mekkah. Menurut al-Khudhari, selain surat-surat tersebut masih ada lagi  surat-surat yang dimasukkan ke dalam kelompok makkiyah, yakni:
87.  Al-Zalzalah
88.  Ar-Ra’d
89.  Ar-Rahman
90.  Al-Insan
91.  Al-Bayyinah[15]
Adapun surat-surat madaniyah berdasarkan tertib turunnya ialah sebagai berikut[16]:
1.      Al-Baqarah
2.      Al-Anfal
3.      Ali-Imran
4.      Al-Ahzab
5.      Al-Mumthanah
6.      An-Nisa
7.      Al-Hadid
8.      Al-Qital (Muhammad)
9.      At-Thalaq
10.  Al-Hasyr
11.  An-Nur
12.  Al-Hajj
13.  Al-Munafiqun
14.  Al-Mujadilah
15.  Al-Hujurat
16.  At-Tahrim
17.  At-Thagabun
18.  As-Shaf
19.  Al-Jumuah
20.  Al-Fath
21.  Al-Maidah
22.  At-Tawbah
23.  An-Nashr

3.      Tanda-Tanda Surah Makiyah Dan Madaniyah
a.      Tanda Surat Makiyah
Ciri-ciri surat makkiyah adalah
1.      Tiap-tiap surat yang terdapat padanya ayat sajdah
2.      Tiap-tiap surat yang terdapat padanya lafaz kalla
3.      Tiap-tiap surat yang terdapat seruan dengan ya ayyuhan naasu, kecuali  surat al Hajj ayat ke 77.
4.      Tiap-tiap surat yang terdapat  kisah nabi dan umat yang terdahulu, kecuali surat al-Baqarah.
5.      Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah adam dan idris, kecuali surat al-Baqarah.
6.      Tiap-tiao surat ayng dimulai dengan huraf at-thajji, kecuali surat al-Baqarah dan Ali-Imran.[17]
7.      Surat atau ayatnya pendek-pendek, kecuali surat al-bayyinah dan an-Nashr
8.      Redaksi ayatnya  cenderung bernada keras tetapi agak keras. Seperti ar-Rahman ayat 95, al-Waqiah ayat 56, al-Qiyamah ayat 75.
9.      Isinya berkenan dengan keimanan, akhlaq, surga, neraka, pahala dan dosa.
10.  Diawali kata hamdala atau pujian kecuali surat al-Baqarah ayat 30
11.  terdapat kata qasam atau sumpah dalam berbagai bentuknya
12.  Arah pembicarannya kepada umat manusia yang bersifat umum.[18]





b.      Tanda Surat Madaniyah
  1. Setiap ayat yang dimulai dengan ya ayyuha ladzina aamanu
  2. Setiap ayat yang membicarakan tentang hukum, fardhu secara umum
  3. Ayat-ayat dan surahnya panjang-panjang, gaya bahasanya bersifat yuridis[19]
  4. Setiap surah yang di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab[20]























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Surat berasal dari kata Surul Balad (artinya dinding yang mengitari kota). Istilah surah digunakan karena setiap surah mengandung atau membatsi ayat-ayat al-Qur’an, sama seperti dinding kota yang meliputi rumah-rumah. Secara lughawi (arti kata), surat mempunyai banyak arti, diantaranya: tingkatan atau martabat, tanda atau alamat, gedung yang tinggi atau indah, sesuatu yang sempurna atau lengkap, susunan sesuatu atas lainnya yang bertingkat-tingkat. Sedangka Ayat adalah bagian terkecil atau terpendek dari surah yang ada dalam al-Qur’an, terdiri atas satu atau sejumlah huruf dan kalimat yang mempunyai arti
2.      Surat atau ayat makkiyah dan juga madaniyah dapat di bedakan dari segi waktu, tempat dan juga isinya.

















DAFTAR PUSAKA

Akrom Ahmad, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta: Rajawali Press, 1992.
Al- Qattan Manna khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Cet.11; Bogor: Litera Antar Nusa,2007.

Agama Departemen, Ensiklopedi Islam I, Cet. IV; Jakarta: Ichtiar Bary Van Hoeve, 1997.
Ash Shiddieqy Hasbi, Ilmu-Ilmu al-Qur’an (Cet II; Jakarta: Bulan Bintang,1998
Mardan, Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh, Cet.I; Makassar: Berkah
         Utami, 2009.

Ma’rifat Hadi, Sejarah al-Qur’an, Cet I; Jakarta: Al-Huda, 2007.

Namawi Rif’at Syauqi dan Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, Cet II; Jakarta: Bulan   
         Bintang, 1992.

Shihab Quraish, et al, Sejarah Dan Ulumul Qur’an, Cet III; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

 Suma Muhammad Amin, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004.

Suma Muhammad Amin, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an I, Cet I; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.


[1]Hadi Ma’rifat, Sejarah al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: Al-Huda, 2007), h. 117

[2]Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an I (Cet. I;  Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 66
[3]Ibid, h. 67
[4]Rif’at Syauqi Namawi dan Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir (Cet II; Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h.79-80

[5]Ibid, h. 80-81

[6]Ibid

[7]Ibid
[8]Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam I (Cet. IV; Jakarta: Ichtiar Bary Van Hoeve, 1997), h. 192 
[9]Hadi Ma’rifat, Op Cit, h.124
[10]Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Cet.11; Bogor: Litera Antar Nusa,2007), h.                                                                   213
[11]Muhammad Amin Suma, Op Cit, h. 78-79

[12]Quraish Shihab, et al, Sejarah Dan Ulumul Qur’an (Cet III; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 64
[13]ibid
[14]Ibid, h. 67
[15]Ibid

[16]Ahmad Akrom, Sejarah dan Metodologi Tafsir (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 48
[17]Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al-Qur’an (Cet II; Jakarta: Bulan Bintang,1998), h.79-80

[18]Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), h.199-200
[19]Mardan, Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh (Cet.I; Makassar: Berkah Utami, 2009), h. 96

[20]Manna Khalil al-Qattan, Op it, h. 87