Senin, 10 Maret 2014

tentang surah dan ayat (makiyyaah dan madaniyyah)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah qalamullah yang memiliki kedudukan tertinggi di sisi Allah yang  terdiri dari beberapa surat dan ayat, yang menjadi pemisah antara satu surat dengan surat yang lain, dan pemisah antara ayat  satu dengan ayat yang lain.
Pada kalangan ulama tafsir terjadi perbedaan pemahaman tentang surat dan ayat tersebut, dan juga pada saat ini kebanyakan umat islam belum memahami tentang surat dan ayat tersebut.
Maka dari itu pada makalah ini pemakalah akan menjelaskan tentang surat dan ayat melalui berbagai macam sumber buku tentang surat dan ayat

B.     RUMUSAN MASALAH
            Bertitik tolak dari uraian permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan  masalah yaitu:
  1. Apa pengertian surat dan ayat?
  2. Bagaimana proses turunnya surat makkiyah dan madaniyah?













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Surah
Surat berasal dari kata Surul Balad (artinya dinding yang mengitari kota). Istilah surah digunakan karena setiap surah mengandung atau membatsi ayat-ayat al-Qur’an, sama seperti dinding kota yang meliputi rumah-rumah.[1]
Secara lughawi (arti kata), surat mempunyai banyak arti, diantaranya: tingkatan atau martabat, tanda atau alamat, gedung yang tinggi atau indah, sesuatu yang sempurna atau lengkap, susunan sesuatu atas lainnya yang bertingkat-tingkat.[2]
Adapun pengertian surat menurut terminology para ahli ilmu-ilmu al-Qur’an, seperti dikemukakan sebagian ulama diantaranya :[3]
1)      Menurut al-Ja’bari



Artinya:
“Batasan surat ialah (sebagian) Qur’an yang mencakup beberapa ayat yang mempunyai permulaan dan penghabisan (penutup), dan paling sedikit ialah tiga ayat”.

2)      Kata Manna al-Qaththan



Artinya:
“Surat ialah sekumpulan ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai tempat bermula dan sekaligus tempat berhenti (berakhir)”.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                
B.     Pengertian Ayat
Kata ayat dalam pengertian bahasa mengandung banyak arti, diantaranya :[4]
a)      Berarti mu’jizat, misalnya dalam firman Allah surah al-Baqarah ayat 211:
ö@y ûÓÍ_t/ Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) öNx. Oßg»oY÷s?#uä ô`ÏiB ¥ptƒ#uä 7puZÉit/ 3
             Artinya:
  “Tanyakanlah kepada Bani Israil: berapa banyak nu’jizat yang nyata telah kami berikan kepada mereka…

b)      Berarti tanda atau alamat, seperti banyak dijumpai dalm ayat-ayat al-Qur’an: Al-Hijr ayat 77, An-Nahl ayat 11,13,65,67,69, dan dalam surah al-Baqrah ayat 248, Allah berfirman:
.. ó¨bÎ) sptƒ#uä ÿ¾ÏmÅ6ù=ãB br& ãNà6uÏ?ù'tƒ ßNqç/$­G9$# ÏmÏù ×puZŠÅ6y `ÏiB öNà6În/§ ×
           Artinya:
  …Sesungguhnya bahwa sebagai tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya Tabut kepadamu di dalamnya terdapat ketenanagan dari Tuhanmu…

c)      Berarti  ibrah atau pelajaran, misalnya dalam surat Huud ayat 102-103, Al-Furqan ayat 37, Allah berfirman:
tPöqs%ur 8yqçR $£J©9 (#qç/¤Ÿ2 Ÿ@ߍ9$# öNßg»oYø%tøîr& öNßg»oYù=yèy_ur Ĩ$¨Y=Ï9 Zptƒ#uä (
 Artinya:
“Dan telah kami binasakan kaum nuh ketika nereka mendustakan rasul-rasul, kami tenggealmkan mereka, dan kami jadikan (kisah) mereka itu sebagai pelajaran bagi manusia…

d)     Berarti sesuatu yang menakjubkan,seperti tercantum, dalam al-Qur’an surah al-Mu’minun ayat 50 sebagai berikut:
                                                                                                                              $uZù=yèy_ur tûøó$# zNtƒótB ÿ¼çm¨Bé&ur Zptƒ#uä
           
e)      Berarti kelompok atau gabungan, misalnya dapat dilihat dalam ungkapan orang arab.
f)       Berarti bukti atau dalil, sepeti dipergunakan oleh ungkapan al-Qur’an surat ar-Rum ayat 22:
                                                                                                                             ô`ÏBur ¾ÏmÏG»tƒ#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4
           Artinya:
“Dan di antara bukti-bukti dalil adanya Allah dan kekuasaan-Nya ialah diciptakannya langit dan bumi serta beraneka ragam bahasamu dan warna kulitmu…[5]

Adapun pengertian ayat secara terminologis sebagai berikut :[6]


Artinya:
“Ayat merupakan satu kelompok kata yang mempunyai permulaan dan akhir, berada dalam satu surat dalam al-Qur’an.

Sesungguhnya anyara semua pengertian etimologis kata “ayat” tersebut di atas dengan pengertian terminologisnya masih mempunyai relevansi yang sangat kuat. Sebab sebenarnya al-Qur’an itu merupakan mu’jizat Nabi Muahammad, merupakan suatu tanda atau alamat yang menunjukkan kebenaran kenabian Muahammad yang membawa dan menyampaikan ayat-ayat itu, di samping ia pun secara jelas mengandung pelajaran dan peringatan kepada segenap manusia, yang di dalamnya memuat hal-hal yang sangat mengagumkan dan menakjubkan, yang pada kenyataannya tergabung dalm kelompok kalimat atau kata serta huruf, yang benar-benar berfungsi sebagia bukti atau dalil atas ke Maha Besaran dan kekusaan Allah.[7]
Ayat adalah bagian terkecil atau terpendek dari surah yang ada dalam al-Qur’an, terdiri atas satu atau sejumlah huruf dan kalimat yang mempunyai arti.[8]

1.      Jumlah Surah dan Ayat
Al-Qur’an dari awal siturunkan, dengan bentuk seperti yang sekarang in berjumlah 114 surat sampai kepada kita melalui jalur Rasulullah SAW yang dinukil oleh sahabat dan tabi’in. Jumlah surah adalah mutawatir. Melebihi atau kurang dari jumlah tersebut tidak bisa diakui kebenarannya karena tidak berdasar.[9]Dan dikatakan pula ada 113 surat, karena surat Anfal dan Bara’ah dianggap satu surat.[10]
Surat-surat al-Qur’an dibedakan  dalam empat kelompok, yaitu:
  1. Kelompok surat-surat al-Thul, yakni surat-surat yang panjag. Yang termasuk kelompok ini sebanyak tujuh surat:
    1. Surat al-Baqarah, 287 ayat
    2. Surat Ali ‘Imran, 200 ayat
    3. Surat an-Nisa’, 176 ayat
    4. Surat al-Maidah, 120 ayat
    5. Surat al-An’am, 165 ayat
    6. surat al-A’raf, 206 ayat
    7. Surat Yunus, 109 ayat
  2. Kelompok surat-surat al-Mi’un, yaitu surat-surat yang terdiri dari seratus ayat atau lebih (sedikit), seperti surat-surat:
1.      Surat Yusuf, 111 ayat
2.      Surat an-Nahl, 128 ayat
3.      Surat al-Isra’, 111 ayat
  1. Kelompok surat-surat al- Matsani, yaitu surat-surat yang berisikan kurang dari seratus ayat seperti:
1.      Surat Maryam, 98 ayat
2.      Surat al-Hijr, 99 ayat
3.      Surat Yasin, 83 ayat
  1. Kelompok surat-surat al-Mufasshal, yaitu surat-surat pendek. Dalam hal ini ada yang berbeda pendapat:
1.      Ada yang mengatakan dari surat Qaf sampai surat terakhir (an-Nas)
2.      Ada berbeda pendapat mulai surat al-Hujurat hingga surat an-Nas
3.      dan ada pula yang berpendirian lain dari kedua pendapat di atas.[11]

2.      Ayat Makiyah dan Madaniyah
Ayat-ayat Makiyah turun selama 12 tahun 5 bulan dan 13 hari. Tepatnya mulai pada 17 ramadahan tahun 41 hingga awal tahun 54 sari kelahiran nabi Muhammad SAW. Perbandingan ayat-ayat yang diturunkan di mekkah berkisar 19/30 dan yang diturunkan di madinah berkisar 11/30. Al-qur’an yang berjumlah 114 surah, dimulai dari surah al-Fatihah sampai surah an-Nas.[12]
Agak sulit melacak dan mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat makkiyah dan madaniyah karena urutan tertib ayat tidak mengikuti kronologi waktu turunnya ayat, tetapi berdasarkan petunjuk nabi (yawqifi). Lagi pula mishaf Usmani yang menjadi acuan standar sejak semula disusun mengikuti petunjuk nabi. Koleksi Mushaf para sahabat yang di antaranya ada yang ditulis berdasarkan kronologi turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun al-Qur’an yang disusun Utsman menyelesaikan  tugasnya.
Jadi pembakaran mushaf para sahabat bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan demikian menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya, padahal itu diperlukan, terutama dalam melakuakn kajian kritis tentang ayat-ayat nasikh dan mansukh, ayat-ayat am dan khas, dan ayat-ayat mutlaq dan muqayyad. Yang dapat dilacak dan diidentifikasi ialah surat-surat makkiyah dan surah-surat madaniyah. Ini pun masih diperselisihkan dikalangan ulama tafsir.[13]
Surat-surat makkiyah berdasarkan kronologi turunnya sebagai berikut:
1.      Al-Alaq
2.      Al-Qalam
3.      Al-Muzzammil
4.      Al-Muddatstsir
5.      Al-Fatihah
6.      Al-Masad (Al-Lahab)
7.      At-Takwir
8.      Al-A’la
9.      Al-Layl
10.  Al-Fajr
11.  Ad-Dhuha
12.  As-Syarah
13.  Al-Ashr
14.  Al-Adiyat
15.  Al-Kawtsar
16.  At-Takatsur
17.  Al-Maun
18.  Al-Kafirun
19.  Al-Fil
20.  Al-Falaq
21.  An-Nas
22.  Al-Ikhlas
23.  An-Najm
24.  Abasa
25.  Al-Qadar
26.  As-Syams
27.  Al-Buruj
28.  At-Thin
29.  Al-Quraisy
30.  Al-Qariah
31.  Al-Qiyamah
32.  Al-Humazah
33.  Al-Mursalat
34.  Qaf
35.  Al-Balad
36.  At-Thariq
37.  Al-Qaqmar
38.  Shad
39.  Al-A’raf
40.  Al-Jinn
41.  Yasin
42.  Al-Furqan
43.  Fathir
44.  Maryam
45.  Thaha
46.  Al-Waqiah
47.  As-Syu’ara
48.  An-Naml
49.  Al-Qashash
50.  Al- Isra
51.  Yunus
52.  Hud
53.  Yusuf
54.  Al-Hijr
55.  Al-An’am
56.  As-Shaffat
57.  Luqman
58.  Saba’
59.  Az-Zumar
60.  Ghafir
61.  Fushshilat
62.  As-Syuara
63.  As-Sukhruf
64.  Ad-Dukhan
65.  Al-Jatsiah
66.  Al-Ahqaf
67.  Ad-dzariyat
68.  Al-Ghasyiyah
69.  Al-Kahfi
70.  An-Nahl
71.  Nuh
72.  Ibrahim
73.  Al- Anbiyah
74.  Al-Mu’minun
75.  As-Sajadah
76.  At-Thur
77.  Al-Mulk
78.  AL-Haqqah
79.  Al-Ma’arij
80.  An-Naba
81.  An-Naziat
82.  Al-Infithar
83.  Al-Insyiqaq
84.  Ar-Rum
85.  Al-Ankabut
86.  Al-Muthaffifin[14]
Kalangan ulama tafsir berpendapat bahwa surat Muthaffifin adalah surah yang terakhir turun di mekkah. Menurut al-Khudhari, selain surat-surat tersebut masih ada lagi  surat-surat yang dimasukkan ke dalam kelompok makkiyah, yakni:
87.  Al-Zalzalah
88.  Ar-Ra’d
89.  Ar-Rahman
90.  Al-Insan
91.  Al-Bayyinah[15]
Adapun surat-surat madaniyah berdasarkan tertib turunnya ialah sebagai berikut[16]:
1.      Al-Baqarah
2.      Al-Anfal
3.      Ali-Imran
4.      Al-Ahzab
5.      Al-Mumthanah
6.      An-Nisa
7.      Al-Hadid
8.      Al-Qital (Muhammad)
9.      At-Thalaq
10.  Al-Hasyr
11.  An-Nur
12.  Al-Hajj
13.  Al-Munafiqun
14.  Al-Mujadilah
15.  Al-Hujurat
16.  At-Tahrim
17.  At-Thagabun
18.  As-Shaf
19.  Al-Jumuah
20.  Al-Fath
21.  Al-Maidah
22.  At-Tawbah
23.  An-Nashr

3.      Tanda-Tanda Surah Makiyah Dan Madaniyah
a.      Tanda Surat Makiyah
Ciri-ciri surat makkiyah adalah
1.      Tiap-tiap surat yang terdapat padanya ayat sajdah
2.      Tiap-tiap surat yang terdapat padanya lafaz kalla
3.      Tiap-tiap surat yang terdapat seruan dengan ya ayyuhan naasu, kecuali  surat al Hajj ayat ke 77.
4.      Tiap-tiap surat yang terdapat  kisah nabi dan umat yang terdahulu, kecuali surat al-Baqarah.
5.      Tiap-tiap surat yang terdapat padanya kisah adam dan idris, kecuali surat al-Baqarah.
6.      Tiap-tiao surat ayng dimulai dengan huraf at-thajji, kecuali surat al-Baqarah dan Ali-Imran.[17]
7.      Surat atau ayatnya pendek-pendek, kecuali surat al-bayyinah dan an-Nashr
8.      Redaksi ayatnya  cenderung bernada keras tetapi agak keras. Seperti ar-Rahman ayat 95, al-Waqiah ayat 56, al-Qiyamah ayat 75.
9.      Isinya berkenan dengan keimanan, akhlaq, surga, neraka, pahala dan dosa.
10.  Diawali kata hamdala atau pujian kecuali surat al-Baqarah ayat 30
11.  terdapat kata qasam atau sumpah dalam berbagai bentuknya
12.  Arah pembicarannya kepada umat manusia yang bersifat umum.[18]





b.      Tanda Surat Madaniyah
  1. Setiap ayat yang dimulai dengan ya ayyuha ladzina aamanu
  2. Setiap ayat yang membicarakan tentang hukum, fardhu secara umum
  3. Ayat-ayat dan surahnya panjang-panjang, gaya bahasanya bersifat yuridis[19]
  4. Setiap surah yang di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab[20]























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Surat berasal dari kata Surul Balad (artinya dinding yang mengitari kota). Istilah surah digunakan karena setiap surah mengandung atau membatsi ayat-ayat al-Qur’an, sama seperti dinding kota yang meliputi rumah-rumah. Secara lughawi (arti kata), surat mempunyai banyak arti, diantaranya: tingkatan atau martabat, tanda atau alamat, gedung yang tinggi atau indah, sesuatu yang sempurna atau lengkap, susunan sesuatu atas lainnya yang bertingkat-tingkat. Sedangka Ayat adalah bagian terkecil atau terpendek dari surah yang ada dalam al-Qur’an, terdiri atas satu atau sejumlah huruf dan kalimat yang mempunyai arti
2.      Surat atau ayat makkiyah dan juga madaniyah dapat di bedakan dari segi waktu, tempat dan juga isinya.

















DAFTAR PUSAKA

Akrom Ahmad, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta: Rajawali Press, 1992.
Al- Qattan Manna khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Cet.11; Bogor: Litera Antar Nusa,2007.

Agama Departemen, Ensiklopedi Islam I, Cet. IV; Jakarta: Ichtiar Bary Van Hoeve, 1997.
Ash Shiddieqy Hasbi, Ilmu-Ilmu al-Qur’an (Cet II; Jakarta: Bulan Bintang,1998
Mardan, Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh, Cet.I; Makassar: Berkah
         Utami, 2009.

Ma’rifat Hadi, Sejarah al-Qur’an, Cet I; Jakarta: Al-Huda, 2007.

Namawi Rif’at Syauqi dan Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, Cet II; Jakarta: Bulan   
         Bintang, 1992.

Shihab Quraish, et al, Sejarah Dan Ulumul Qur’an, Cet III; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

 Suma Muhammad Amin, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004.

Suma Muhammad Amin, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an I, Cet I; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.


[1]Hadi Ma’rifat, Sejarah al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: Al-Huda, 2007), h. 117

[2]Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an I (Cet. I;  Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 66
[3]Ibid, h. 67
[4]Rif’at Syauqi Namawi dan Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir (Cet II; Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h.79-80

[5]Ibid, h. 80-81

[6]Ibid

[7]Ibid
[8]Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam I (Cet. IV; Jakarta: Ichtiar Bary Van Hoeve, 1997), h. 192 
[9]Hadi Ma’rifat, Op Cit, h.124
[10]Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Cet.11; Bogor: Litera Antar Nusa,2007), h.                                                                   213
[11]Muhammad Amin Suma, Op Cit, h. 78-79

[12]Quraish Shihab, et al, Sejarah Dan Ulumul Qur’an (Cet III; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 64
[13]ibid
[14]Ibid, h. 67
[15]Ibid

[16]Ahmad Akrom, Sejarah dan Metodologi Tafsir (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 48
[17]Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al-Qur’an (Cet II; Jakarta: Bulan Bintang,1998), h.79-80

[18]Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), h.199-200
[19]Mardan, Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh (Cet.I; Makassar: Berkah Utami, 2009), h. 96

[20]Manna Khalil al-Qattan, Op it, h. 87

Tidak ada komentar:

Posting Komentar